Untaian Kata

Tuesday, May 23, 2006
Bolehkah Engkau KU Panggil Damai

Malam di sini menawarkan keterasingan. Sepi. Angin yang kemarin berdamai denganku kini angkat senjata lagi. Angin kembali dingin dan bengis, menyerangku tiba-tiba. Aku paling benci terbadap angin dingin yang bengis. Karena aku selalu kalah dan lebih baik memilih berselimut.

Pelan-pelan aku dengar suara derap kaki dari ujung pintu. Suara yang sangat lembut, 1angkah kaki seorang perempuan. Pasti perempuan itu lagi. Kenapa ia kembali datang di saat angin dingin begini? Padahal, sudah tiga minggu berlalu sejak ia pamitan ingin pergi jauh dari duniaku.Seperti biasa, perempuan itu menyuguhkan senyum, lalu menangis di dekatku, duduk di sampingku. Sejenak kemudian ia berbicara kepadaku melalui bahasa tubuhnya bahwa ia juga kedinginan, sama seperti diriku. Iba juga melihatnya. Ia kuselimuti dengan selimut yang tadinya kupakai. Namun, ia menolak begitu saja, meninggalkan aku sendiri.Begitulah ia.


Datang, senyum, menangis, lalu pergi. Perempuan bermata indah dan rambut panjang hitam tergerai, juga lentik bulu mata seperti bulu seekor burung merak.Subuh memanggil, membuatku terjaga. Ya Tuhan! Perempuan itu kumimpikan lagi. Selalu ia, dalam mimpi yang sama pula.

Kali pertama aku bertemu dengannya, saat aku pergi untuk mewawancarai beberapa orang pemulung di desa Gebang, untuk bahan penelitian. Sebab, pemulung tersebut dianggap mengotori dan meresahkan penduduk desa tersebut. Maklumlah, karena dari beberapa kasus pencurian atau kehilangan di desa itu, kebanyakan pencurinya berkedok sebagai pemulung. Tapi, masalahnya, kasihan mereka yang tak bermasalah. Dianggap salah, dijadikan kambing hitam.

Padahal, mereka hanya menyambung hidup dari barang buangan.Seharusnya penduduk dan pejabat desa itu mencarikan dan memberikan pekerjaan agar hidup mereka tidak hanya tergantung sebagai seorang pemulung. Perempuan itu merupakan salah satu dan pemulung terakhir yang akan aku wawancarai karena dia datang terakhir ke tempat pembuangan sampah.Ia menatapku dengan tatapan mata tajam bak mata elang. Dingin, beku tak mencair. Jiwaku meminta dan memaksaku untuk berani menghampirinya.

Kutanyakan namanya. Ia diam dan kembali menatapku dingin. Aku tanyakan sekali lagi namanya. Dia tetap berdiam diri. Aku heran. Ya Tuhan! ternyata ia bisu. Itu kata salah seorang pemulung yang memberitahuku. Kukubur dalam-dalam keinginan untuk menanyakannya kembali. Perasaanku seperti ditindih batu-batu salah, telah membuat jiwanya terluka.Tentang siapa namanya serta dimana ia tinggal, tak satu pun orang yang tahu.

Karena memang ia datang dan menghilang. Kasihan ia. Di usia yang terlalu pagi untuk mengenal dunia, harus mewisuda diri menjadi seorang sarjana pemulung.Entahlah, aku tak bisa menaksir kira-kira berapa umurnya. Ini semua semakin menambah rasa ingin tahuku tentang siapa dia dan siapa namanya. Oh ya, bicara soal nama, aku lupa mengenalkan namaku. Jibril.Esok harinya aku kembali. Kucari ia ke tempat pembuangan sampah yang kemarin ia datangi. Tak ada. Di mana ia sekarang, aku tidak tahu.

Rasa salahku semakin dalam dan ingin tahuku juga semakin besar. Tapi, yang lebih aku inginkan adalah maafmeski kata maaf mungkin tak begitu berarti bagi sebagian orangIni kali ke tujuh aku memimpikan ia kembali, membuatku ingin segera menemuinya. la duduk di hadapanku. Diam. Sepi. Angin kini tak sebengis dulu, lebih memilih berdamai, menambah suasana kebekuan ruang yang membekap aku dan dirinya, perempuan pemulung. Sunyi. Suara juga tak banyak mengusik. Hanya detak jarum jam yang berpacu dengan detak jantungku yang semakin kencang bak lari kuda perang.Mulailah ia berani menyentuh tanganku, memegangnya erat disertai tatap mata bagai busur panah. Mulutnya seakan-akan mengeja sebuah nama namun ia tak meneruskannya. Dahiku mengkerut dan sulit bagiku menangkap apa yang ia katakan. Yang kutahu ia berkata DA…..MA….Ia kembali diam lalu tersenyum mengangguk-nganguk kecil sambil melepaskan tangannya dariku.

Kali ini ia seakan-akan mengerti apa yang ingin aku katakan, tapi tidak dengan mengeja. Ia memakai bahasa isyarat. la menunjuk dadanya lalu menyalami tanganku serta kemudian menunjuk diriku. Dan aku mengerti bahwa ia telah memaafkanku.Setangkup haru membuncah di dada. Seperti biasa, ia berdiri lalu pergi begitu saja. Aneh. Sebelum pergi, biasanya ia menangis, tapi kenapa sekarang tidak. Entahlah.Pagi ini, menemukannya adalah sebuah keharusan. Niat bagiku adalah cermin keinginan. Aku yakin akan hal itu.

Tempat pembuangan sampah, ya mungkin di situlah ia. Aku datangi kembali tempat yang indah bagiku, di sanalah perempuan itu pertama kalinya kujumpai. Seperti yang dulu, ia tetap tak ada. Yang ada hanya segelintir pemulung lain yang kemarin aku wawancarai. Aku bersyukur, di antara mereka masih ada yang mengingatku, seorang pemulung perempuan paro baya, yang kudengar-dengar hanya ia yang begitu dekat dan menjadi sahabat perempuan pemulung yang kucari itu.Aku menyalaminya.

la bertanya apakah aku akan mewawancarainya lagi. Tidak, aku menjawab. Aku balik bertanya apakah ia melihat perempuan pemulung yang bisu itu? la agak terperangah heran tapi dengan cepat ia menepis keheranan itu dan mulai bercerita kepadaku bahwa baru kemarin perempuan itu meninggal. Saat ia sedang memilah-milih sampah, tiba-tiba ia roboh tak sadarkan diri. Mati. Entahlah ia meninggal karena apa, yang jelas sekarang terbujur kaku di pojok ruang keramat itu.Dari pemulung perempuan paro bayah itu pula, aku tahu bahwa dahulu ia lari dari desa di mana ia tinggal. Ia pergi karena tak tahan dengan ejekan serta perlakuan orang-orang yang mengucilkannya. Ia telah diperkosa oleh ayah tirinya. Padahal, apa salahnya? Ia tidak bisa membela dirinya lantaran ia bisu. Itu sebabnya, ia selalu sinis dan menatap tajam pada setiap orang serta lebih memilih untuk menghindar.Sekarang, aku telah menemukannya meski tak ada satu pun yang tahu siapa nama sebenarnya. Perempuan paro bayah itu saja, tidak tahu. Ah! Aku panggil saja engkau DAMAI! Bagaimana?
posted by ~><~ ArIeN ~><~ @ 1:52 PM  
0 Comments:
Post a Comment
<< Home
 

Profil Ku


Biodata ku
Nama : ~><~ArIeN~><~ Lokasi : Cairo Egypt
Hobby : Menari, koresponden, jalan- jalan, baca, musik deelel
HomeTown : Palembang
About me : Aku adalah blue angel...hueheuheue...!!

Putaran Waktu


EmpE Three

MySpace Layouts


Postingan Arien

Arsip bulanan
Pesan- pesan
4r1En

AAmorous
RRefreshing
IInnocent
EExciting
NNormal

Nama mU:


Cleo~BloG

Menjelajahi Dunia Kita

Judul Baru
  • Friendship
Image Hosted By
Thank's to

Visit Me Klik It
BLOGGER
15n41n1

StaT Site
Web Site Counters
Blog ku dah terkunjungi sebanyak ini
TODAY

Links
Blog Link

  • Berkarya di dunia maya

  • kuncup

  • Alyza

  • NOUSH